B U M I J O 

Berdasarkan Toponim Kampung Abdi Dalem Njaba Beteng  Penamaan Kampung Bumijo   merupakan  tempat tinggal  Abdi Dalem  yang  menangani  urusan pertanian dan pertamanan.

Bumijo berasal dari kata bumi sing rejo, atau tanah yang memberi kemakmuran. Secara administratif kampung ini berada di wilayah Kelurahan Bumijo, Kemantren Jetis 

Sumber : https://www.kratonjogja.id/tata-rakiting-wewangunan/7/toponim-kampung-abdi-dalem-njababeteng#:~:text=Bumijo%20berasal%20dari%20kata%20bumi,

wilayah%20Kelurahan%20Bumijo%2C%20Kecamatan%20Jetis.

 

B A D R A N 
Awalnya konon dari kata "Bebadra" atau tirakat, yang kemudian menjadi "Badran".

Kampung Badran yang terletak di sisi barat kota Yogyakarta, pada zaman dahulu merupakan  bong China atau tempat pemakaman warga keturunan Tionghoa. Bong China tersebut kemudian dibongkar karena rencananya di wilayah tersebut akan dijadikan kawasan pemukiman. Bagi warga keturunan Tionghoa yang mampu, abu leluhur mereka yang tersimpan di bong China Badran dipindahkan ke Makam Gunung Sempu, sedangkan bagi warga keturunan Tionghoa yang tidak mampu, abu leluhur mereka dilarung ke laut atau mereka menyimpan abu leluhurnya di dalam rumah. Pada dasawarsa 50-an, kawasan Badran mulai dihuni oleh penduduk dan menjadi sebuah kawasan pemukiman yang baru. Beberapa informasi menyebutkan ada beberapa makam warga keturunan Tionghoa yang tidak mau dipindah dan akhirnya dibiarkan tetap berada di kampung tersebut. Jejak adanya bong China di kampung Badran masih dapat ditemui hingga sekarang melalui keberadaan Krematorium Wahana Mulia, Badran yang terletak di pinggir jalan Tentara Rakyat Mataram, Yogyakarta.

Kawasan Badran pada zaman dahulu juga dikenal sebagai tempat bebodro atau bermeditasi untuk menjalani laku tirakat. Di dekat Sungai Winongo ada sebuah pohon besar yang dikeramatkan oleh masyarakat dan konon kabarnya dihuni oleh penunggu gaib yang bernama Ki Bodronoyo. Nama Bebodro dan Ki Bodronoyo menjadi toponim nama kampung tersebut, yaitu Badran.

 

Badran berasal dari kata Badra yg berarti budi, bahagia atau sakral, karena awalnya Badran tempat orang-orang mengasah budi, lebih dari 120 nama kampung di Jogja menggunakan tambahan akhiran an, begitu pula Badra-an menjadi Badran. Di wilayah Badran juga mengalir Sungai Winongo, dinamakan Winongo karena banyak pohon yg dikeramatkan disepanjang alirannya khususnya yg paling banyak di wilayah Badran, Winongo berasal dari pohon Winong atau Binong atau Aji Binong. Di tempat ini dahulunya terdapat lobang-lobang gua di bawah pohon Winong digunakan untuk bertapa atau untuk mengasah budi. Sekarang wilayah Badran memiliki predikat resmi dari pemerintah sebagai Kampung Ramah Anak, ramah bagi anak-anak dan masyarakatnya yg begitu majemuk, semua golongan, suku dan keyakinan hidup rukun dan damai di kampung Badran.  Kampung Badran saat menjadi salah satu pemukiman di kota Yogyakarta yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta.

Sumber : http://rw09badran.blogspot.com/2018/07/asal-usul-kampung-badran.html

 


P I N G I T 

Berdasarkan Toponim Kampung  Njaba Beteng . Toponimi kampung-kampung di luar benteng juga memuat penamaan seperti di atas, dengan tambahan aktivitas (Kampung Pingit, Macasan), komunitas etnis (Sayidan), pekerjaan penduduk (Tukangan, Ngupasan), benda kerajinan (Gampingan), folklor (Kintelan, Jenggotan), pola permukiman (Kotabaru), dan harapan (Tegalmulyo, Tegalsari)

Penamaan kampung  diambil dari leksem aktivitas seperti penamaan pada Kampung Pingit. Dinamakan Pingit karena merupakan suatu wilayah atau tempat bagi Sultan pada jaman Sri Sultan Hamengku Buwono VII  untuk "memingit " atau "menyendirikan" wanita-wanita yang dipilih untuk tujuan tertentu.

Sumber : 

Jayanti, Arum. 2020. Toponimi Kampung Njeron Beteng dan Njaban Beteng Keraton Yogyakarta. Deskripsi Bahasa Vol. 3(1). 2020, pp. 37-46. https://jurnal.ugm.ac.id/db