Kenduri Sego Gurih Merti Belik Lanang Wadon Sungai Winongo

(29/07) bumijokel.jogjakota.go.id - Bertempat di Balai RT.48 RW.11 Kampung Badran, Kelompok Merti Belik "Banyu Bening Winongo (B2W)" yang berbatasan langsung dengan Bantaran Sungai Winongo mengadakan acara Kenduri Sego Gurih. Dengan mengundang dari Komisi B DPRD Kota Yogyakarta, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Kelurahan Bumijo dan Kemantren Jetis. Acara ini dipimpin oleh Ketua RKB Kelurahan Bumijo Bapak Sariman.

Merti adalah sebuah ritual syukuran atas berkahNya akan keberadaan, kesejahteraan, serta memanjatkan doa agar seluruh kita semua senantiasa selamat sentosa. Pada perayaan tersebut dimeriahkan dengan berbagai kesenian yang menjadi roh hidupnya. Ritual semacam ini, seringkali disebut Aum atau juga Merti Dusun, merupakan sebuah adopsi terhadap peristiwa budaya yang pada awalnya merupakan tradisi Hindu untuk penghormatan pada Dewa Wisnu, Syiwa, dan Brahma. Pada perkembangannya mendapat pengaruh Islam. Pada beberapa tempat, perayaan ini kadang merupakan perayaan paling besar dibandingkan hari raya yang lain. Warga yang merantau pada saat itu pulang. Kerabat dari jauh pada hari itu juga berdatangan, demikian pula tetangga dusun mengunjungi mereka untuk bersilaturahmi.

Sebuah hajat budaya bertajuk “MERTI MBELIK” ini dapat menjadikan sebagai ajang untuk meningkatkan pemahaman dalam upaya melestarikan sumber daya air kita, termasuk pengelolaan secara berkelanjutan dalam hal ini. Dimana sikap kearifan nguri-uri kekayaan alam sekitar kita ini, tentunya dapat menjadi bagian dari pendidikan anak-anak kita yang dimulai sejak usia dini. Demi untuk mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan, dalam suatu harmoni dengan alam. Di sisi lain, MERTI MBELIK (Bhs Indonesia : mata air kecil dan bersih yang biasanya terdapat di pinggiran aliran air atau sungai) ini merupakan sebuah momen penting dimana anak turut berpartisipasi menunjukkan peran sesuai kapasitasnya, anak juga mempunyai hak untuk memberikan solusi bagi kepentingan lingkungan sekitarnya.

Keberadaan Sungai Winongo sebenarnya masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar bantaran pada umumnya. Sebagian penduduk kampung-kampung di pinggiran Sungai Winongo masih mengandalkan sumber air bersih dari sungai (belik, pancuran) untuk mendukung kehidupan sehari-hari, konsumsi, cuci mandi dan kakus. (r12ky)